Home » » CERITA SEX INDONESIA DENGAN MBAK WIEN

CERITA SEX INDONESIA DENGAN MBAK WIEN

Written By Anonim on Minggu, 25 Agustus 2013 | 11:42:00 PM

Foto Memek Julia Perez
Cerita Sex Indonesia Dengan Mbak Wien inilah kisah seks aku yang mungkin kali ini agak sedikit berbeda dari biasanya karena wanita yang aku jumpai ini adalah yang aku rasa sangat spesial. Sebelemnya aku mau sampaikan pada kalian petiklah nilai yang kalian anggap positif untuk keharmonisan rumah tangga dan tinggalkan yang kalian anggap tidak sesuai nah silahkan kalian nikmati dan sengaja kali ini aku kasih judul Cerita Sex Indonesia Dengan Mbak Wien . Kerjaan hari ini sudah kugarap semalam Daripada suntuk diam di rumah tadi malam aku menyelesaikan kerjaan yang masih menumpuk.Kerjaan yang menumpuk sama merangsangnya dengan seorang wanita dewasa yang keringatan di lehernya yang aroma tubuhnya tercium Aroma asli seorang wanita Baunya memang agak lain tetapi mampu membuat seorang bujang menerawang hingga jauh ke alam yang belum pernah ia rasakan. Dik jangan dibuka lebar Saya bisa masuk angin kata seorang wanita setengah baya di depanku pelan. Aku tersentak Masih melongo. Itu jendelanya dirapetin dikit katanya lagi. Ini kataku. Ya itu Ya ampun aku membayangkan suara itu berbisik di telingaku di atas ranjang yang putih Keringatnya meleleh seperti yang kulihat sekarang Napasnya tersengal Seperti kulihat ketika ia baru naik tadi setelah mengejar angkot ini sekadar untuk dapat secuil tempat duduk. Terima kasih ujarnya ringan. Aku sebetulnya ingin ada sesuatu yang bisa diomongkan lagi sehingga tidak perlu curi curi pandang melirik lehernya dadanya yang terbuka cukup lebar sehingga terlihat garis bukitnya. Saya juga tidak suka angin kencang-kencang Tapi saya gerah meloncat begitu saja kata kata itu. Aku belum pernah berani bicara begini di angkot dengan seorang wanita separuh baya lagi Kalau kini aku berani pasti karena dadanya terbuka pasti karena peluhnya yang membasahi leher pasti karena aku terlalu terbuai lamunan Ia malah melengos Sial Lalu asyik membuka tabloid Sial Aku tidak dapat lagi memandanginya. Kantorku sudah terlewat Aku masih di atas angkot Perempuan paruh baya itu pun masih duduk di depanku Masih menutupi diri dengan tabloid.Tidak lama wanita itu mengetuk langit langit mobil Sopir menepikan kendaraan persis di depan sebuah salon Aku perhatikan ia sejak bangkit hingga turun Mobil bergerak pelan, aku masih melihat ke arahnya untuk memastikan ke mana arah wanita yang berkeringat di lehernya itu.Ia tersenyum Menantang dengan mata genit sambil mendekati pintu salon Ia kerja di sana Cerita Sex Atau mau gunting Creambath Atau apalah Matanya dikerlingkan bersamaan masuknya mobil lain di belakang angkot Sial Dadaku tiba tiba berdegup degup. Bang Bang kiri Bang Semua penumpang menoleh ke arahku Apakah suaraku mengganggu ketenangan mereka. Pelan pelan suaranya kan bisa Dek sang supir menggerutu sambil memberikan kembalian Aku membalik arah lalu berjalan cepat penuh semangat Satu dua satu dua Yes akhirnya.Namun tiba tiba keberanianku hilang Apa katanya nanti Apa yang aku harus bilang lho tadi kedip kedipin mata, maksudnya apa Mendadak jari tanganku dingin semua Wajahku merah padam Lho salon kan tempat umum Semua orang bebas masuk asal punya uang Bodoh amat Come on lets go Langkahku semangat lagi Pintu salon kubuka.Selamat siang Mas kata seorang penjaga salon Potong creambath facial atau massage Massage boleh ujarku sekenanya. Aku dibimbing ke sebuah ruangan Ada sekat sekat tidak tertutup sepenuhnya Tetapi sejak tadi aku tidak melihat wanita yang lehernya berkeringat yang tadi mengerlingkan mata ke arahku.Ke mana ia Atau jangan jangan ia tidak masuk ke salon ini hanya pura pura masuk Ah Shit Aku tertipu Tapi tidak apa-apa toh tipuan ini membimbingku ke alam lain. Dulu aku paling anti masuk salon Kalau potong rambut ya masuk ke tukang pangkas di pasar Ah wanita yang lehernya berkeringat itu begitu besar mengubah keberanianku. Buka bajunya celananya juga ujar wanita tadi manja menggoda Nih pake celana ini Aku disodorkan celana pantai tapi lebih pendek lagi Bahannya tipis tapi baunya harum.Garis setrikaannya masih terlihat Aku menurut saja Membuka celanaku dan bajuku lalu gantung di kapstok.Ada dipan kecil panjangnya dua meter lebarnya hanya muat tubuhku Cerita Sex Indonesia Dengan Mbak Wien dan lebih sedikit Wanita muda itu sudah keluar sejak melempar celana pijit Aku tiduran sambil baca majalah yang tergeletak di rak samping tempat tidur kecil itu Sekenanya saja kubuka halaman majalah. Tunggu ya ujar wanita tadi dari jauh lalu pergi ke balik ruangan ke meja depan ketika ia menerima kedatanganku. Mbak Wien udah ada pasien tuh ujarnya dari ruang sebelah Aku jelas mendengarnya dari sini Kembali ruangan sepi Hanya suara kebetan majalah yang kubuka cepat yang terdengar selebihnya musik lembut yang mengalun dari speaker yang ditanam di langit langit ruangan. Langkah sepatu hak tinggi terdengar pletak-pletok pletok Makin lama makin jelas Dadaku mulai berdegup lagi Wajahku mulai panas Jari tangan mulai dingin Aku makin membenamkan wajah di atas tulisan majalah. Halo suara itu mengagetkanku Hah Suara itu lagi Suara yang kukenal itu kan suara yang meminta aku menutup kaca angkot Dadaku berguncang Haruskah kujawab sapaan itu Oh aku hanya dapat menunduk melihat kakinya yang bergerak ke sana ke mari di ruangan sempit itu Betisnya mulus ditumbuhi bulu-bulu halus Aku masih ingat sepatunya tadi di angkot Hitam Aku tidak ingat motifnya hanya ingat warnanya. Mau dipijat atau mau baca ujarnya ramah mengambil majalah dari hadapanku Ayo tengkurep Tangannya mulai mengoleskan cream ke atas punggungku Aku tersetrum Tangannya halus Dingin Aku kegelian menikmati tangannya yang menari di atas kulit punggung Lalu pijitan turun ke bawah Ia menurunkan sedikit tali kolor sehingga pinggulku tersentuh Ia menekan-nekan agak kuat Aku meringis menahan sensasasi yang waow Kini ia pindah ke paha agak berani ia masuk sedikit ke selangkangan Aku meringis merasai sentuhan kulit jarinya Tapi belum begitu lama ia pindah ke betis. Balik badannya pintanya Aku membalikkan badanku Lalu ia mengolesi dadaku dengan cream Pijitan turun ke perut Aku tidak berani menatap wajahnya Aku memandang ke arah lain mengindari adu tatap Ia tidak bercerita apa apa Aku pun segan memulai cerita Dipijat seperti ini lebih nikmat diam meresapi remasan sentuhan kulitnya Bagiku itu sudah jauh lebih nikmat daripada bercerita Dari perut turun ke paha Ah selangkanganku disentuh lagi diremas lalu ia menjamah betisku dan selesai. Ia berlalu ke ruangan sebelah setelah membereskan cream Aku hanya ditinggali handuk kecil hangat Kuusap sisa cream Dan kubuka celana pantai Astaga Ada cairan putih di celana dalamku. Di kantor aku masih terbayang-bayang wanita yang di lehernya ada keringat Masih terasa tangannya di punggung dada perut paha Aku tidak tahan Esoknya dari rumah kuitung-itung waktu Kisah Seks Terbaru Agar kejadian kemarin terulang Jam berapa aku berangkat Jam berapa harus sampai di Ciledug jam berapa harus naik angkot yang penuh gelora itu Ah sial Aku terlambat setengah jam Padahal wajah wanita setengah baya yang di lehernya ada keringat sudah terbayang Ini gara-gara ibuku menyuruh pergi ke rumah Tante Wanti Bayar arisan Tidak apalah hari ini tidak ketemu Toh masih ada hari esok. Aku bergegas naik angkot yang melintas Toh si setengah baya itu pasti sudah lebih dulu tiba di salonnya Aku duduk di belakang tempat favorit Jendela kubuka Mobil melaju Angin menerobos kencang hingga seseorang yang membaca tabloid menutupi wajahnya terganggu. Mas Tut hah suara itu lagi suara wanita setengah baya yang kali ini karena mendung tidak lagi ada keringat di lehernya Ia tidak melanjutkan kalimatnya Aku tersenyum Ia tidak membalas tapi lebih ramah Tidak pasang wajah perangnya. Kayak kemarinlah ujarnya sambil mengangkat tabloid menutupi wajahnya Begitu kebetulankah ini Keberuntungankah.Atau kesialan karena ia masih mengangkat tabloid menutupi wajah? Aku kira aku sudah terlambat untuk bisa satu angkot dengannya Atau jangan jangan ia juga disuruh ibunya bayar arisan Aku menyesal mengutuk ibu ketika pergi Paling tidak ada untungnya juga ibu menyuruh bayar arisan. Mbak Wien gumamku dalam hati Perlu tidak ya kutegur Lalu ngomong apa Lha wong Mbak Wien menutupi wajahnya begitu Itu artinya ia tidak mau diganggu Mbak Wien sudah turun Aku masih termangu Turun tidak turun tidak aku hitung kancing.Dari atas Turun Ke bawah Tidak Ke bawah lagi Turun Ke bawah lagi Tidak Ke bawah lagi Turun Ke bawah lagi Tidak Ke bawah lagi Hah habis kancingku habis Mengapa kancing baju cuma tujuh. Hah aku ada ide toh masih ada kancing di bagian lengan kalau belum cukup kancing Bapak bapak di sebelahku juga bisa Begini saja daripada repot repot.Anggap saja tiap tiap baju sama dengan jumlah kancing bajuku Cerita Sex Indonesia Tujuh Sekarang hitung penumpang angkot dan supir Penumpang lima lalu supir jadi enam kali tujuh 42 hore aku turun Tapi eh seorang penumpang pakai kaos oblong mati aku Ah masa bodo Pokoknya turun. Kiri Bang Aku lalu menuju salon Alamak jauhnya Aku lupa kelamaan menghitung kancing Ya tidak apa apa hitung-hitung olahraga Hap Hap. Mau pijit lagi ujar suara wanita muda yang kemarin menuntunku menuju ruang pijat Ya. Lalu aku menuju ruang yang kemarin Sekarang sudah lebih lancar Aku tahu di mana ruangannya Tidak perlu diantar Wanita muda itu mengikuti di belakang Kemudian menyerahkan celana pantai. Mbak Wien pasien menunggu katanya Majalah lagi ah tidak aku harus bicara padanya Bicara apa Ah apa saja Masak tidak ada yang bisa dibicarakan Suara pletak pletok mendekat. Ayo tengkurap kata wanita setengah baya itu Aku tengkurap Ia memulai pijitan Kali ini lebih bertenaga dan aku memang benar-benar pegal sehingga terbuai pijitannya. Telentang katanya Kuputuskan untuk berani menatap wajahnya Paling tidak aku dapat melihat leher yang basah keringat karena kepayahan memijat Ia cukup lama bermain main di perut Sesekali tangannya nakal menelusup ke bagian tepi celana dalam Tapi belum tersentuh kepala juniorku.Sekali Kedua kali ia memasukkan jari tangannya Ia menyenggol kepala juniorku Ia masih dingin tanpa ekspresi Lalu pindah ke pangkal paha Ah mengapa begitu cepat. Jarinya mengelus tiap mili pahaku Si Junior sudah mengeras Betul-betul keras Aku masih penasaran, ia seperti tanpa ekspresi Tetapi eh diam-diam ia mencuri pandang ke arah juniorku Lama sekali ia memijati pangkal pahaku Seakan sengaja memainkan Si Junior.Ketika Si Junior melemah ia seperti tahu bagaimana menghidupkannya memijat tepat di bagian pangkal paha Lalu ia memijat lutut Si Junior melemah Lalu ia kembali memijat pangkal pahaku Ah sialan Aku dipermainkan seperti anak bayi. Selesai dipijat ia tidak meninggalkan aku Tapi mengelap dengan handuk hangat sisa sisa cream pijit yang masih menempel di tubuhku Aku duduk di tepi dipan Ia membersihkan punggungku dengan handuk hangat Ketika menjangkau pantatku ia agak mendekat.Bau tubuhnya tercium Bau tubuh wanita setengah baya yang yang meleleh oleh keringat Aku pertegas bahwa aku mengendus kuat-kuat aroma itu Ia tersenyum ramah Eh bisa juga wanita setengah baya ini ramah kepadaku. Lalu ia membersihkan pahaku sebelah kiri ke pangkal paha Junior berdenyut denyut Sengaja kuperlihatkan agar ia dapat melihatnya.Di balik kain tipis celana pantai ini ia sebetulnya bisa melihat arah turun naik Si Junior Kini pindah ke paha sebelah kanan Ia tepat berada di tengah-tengah Aku tidak menjepit tubuhnya Tapi kakiku saja yang seperti memagari tubuhnya Aku membayangkan dapat menjepitnya di sini Tetapi bayangan itu terganggu Terganggu wanita muda yang di ruang sebelah yang kadang-kadang tanpa tujuan jelas bolak-balik ke ruang pijat. Dari jarak yang begitu dekat ini aku jelas melihat wajahnya Tidak terlalu ayu Hidungnya tidak mancung tetapi juga tidak pesek Bibirnya sedang tidak terlalu sensual Nafasnya tercium .hidungku Ah segar Payudara itu dari jarak yang cukup dekat jelas membayang Cukuplah kalau tanganku menyergapnya Ia terus mengelap pahaku Dari jarak yang dekat ini hawa panas tubuhnya. terasa Tapi ia dingin sekali Membuatku tidak berani Ciut Si Junior tiba tiba juga ikut ikutan ciut Tetapi aku harus berani Cerita Sex Indonesia Terbaru Toh ia sudah seperti pasrah berada di dekapan kakiku. Aku harus harus harus Apakah perlu menhitung kancing Aku tidak berpakaian kini Lagi pula percuma tadi saja di angkot aku kalah lawan kancing Aku harus memulai.Lihatlah masak ia begitu berani tadi menyentuh kepala Junior saat memijat perut Ahh kini ia malah berlutut seperti menunggu satu kata saja dariku Ia berlutut mengelap paha bagian belakang.Kaki kusandarkan di tembok yang membuat ia bebas berlama lama membersihkan bagian belakang pahaku Mulutnya persis di depan Junior hanya beberapa jari Inilah kesempatan itu Kesempatan tidak akan datang dua kali Ayo Tunggu apa lagi Ayo cepat ia hampir selesai membersihkan belakang paha Ayo. Aku masih diam saja Sampai ia selesai mengelap bagian belakang pahaku dan berdiri Ah bodoh Benarkan kesempatan itu lewat Ia sudah membereskan peralatan pijat Tapi sebelum berlalu masih sempat melihatku sekilas Betulkan ia tidak akan datang begitu saja.Badannya berbalik lalu melangkah Pletak pletok sepatunya berbunyi memecah sunyi Makin lama suara sepatu itu seperti mengutukku bukan berbunyi pletak pelok lagi tapi bodoh bodoh bodoh sampai suara itu hilang. Aku hanya mendengus Membuang napas Sudahlah Masih ada esok Tetapi tidak lama suara pletak pletok terdengar semakin nyaring.Dari iramanya bukan sedang berjalan Tetapi berlari Bodoh bodoh bodoh Eh kesempatan kesempatan kesempatan Aku masih mematung Duduk di tepi dipan Kaki disandarkan di dinding Ia tersenyum melihatku. Maaf Mas sapu tangan saya ketinggalan katanya Ia mencari cari Di mana Aku masih mematung Kulihat di bawahku ada kain ya seperti saputangan Itu kali Mbak kataku datar dan tanpa tekanan. Ia berjongkok persis di depanku seperti ketika ia membersihkan paha bagian bawah Ini. kesempatan kedua Tidak akan hadir kesempatan ketiga Lihatlah ia tadi begitu teliti membenahi semua perlatannya Apalagi yang dapat tertinggal Mungkin sapu tangan ini saja suatu kealpaan. Ya seseorang toh dapat saja lupa pada sesuatu juga pada sapu tangan Karena itulah tidak akan hadir kesempatan ketiga Ayo. Mbak pahaku masih sakit nih kataku memelas ya sebagai alasan juga mengapa aku masih bertahan duduk di tepi dipan. Ia berjongkok mengambil sapu tangan Lalu memegang pahaku Yang mana Yes Aku berhasil Ini kutunjuk pangkal pahaku Besok saja Sayang ujarnya. Ia hanya mengelus tanpa tenaga Tapi ia masih berjongkok di bawahku Yang ini atau yang itu katanya menggoda menunjuk Juniorku. Darahku mendesir Juniorku tegang seperti mainan anak-anak yang dituip melembung Keras sekali Jangan cuma ditunjuk dong dipegang boleh. Ia berdiri Lalu menyentuh Junior dengan sisi luar jari tangannya Yes Aku bisa dapatkan ia wanita setengah baya yang meleleh keringatnya di angkot karena kepanasan Ia menyentuhnya Kali ini dengan telapak tangan Tapi masih terhalang kain celana Hangatnya biar begitu tetap terasa Aku menggelepar. Sst Jangan di sini katanya Kini ia tidak malu malu lagi menyelinapkan jemarinya ke dalam celana dalamku Lalu dikocok-kocok sebentar Aku memegang teteknya.Bibirku melumat bibirnya Jangan di sini Sayang katanya manja lalu melepaskan sergapanku Masih sepi ini kataku makin berani. Kemudian aku merangkulnya lagi menyiuminya lagi Ia menikmati tangannya mengocok Junior. Besar ya ujarnya Aku makin bersemangat makin membara makin terbakar Wanita setengah baya itu merenggangkan bibirnya ia terengah engah ia menikmati dengan mata terpejam. Mbak Wien telepon suara wanita muda dari ruang sebelah menyalak seperti bel dalam pertarungan tinju. Mbak Wien merapihkan pakaiannya lalu pergi menjawab telepon Ngapaian sih di situ katanya lagi seperti iri pada Wien. Aku mengambil pakaianku Baru saja aku memasang ikat pinggang Wien menghampiriku sambil berkata Telepon aku ya. Ia menyerahkan nomor telepon di atas kertas putih yang disobek sekenanya Pasti terburu-buru Aku langsung memasukkan ke saku baju tanpa mencermati nomor-nomornya.Nampak ada perubahan besar pada Wien Ia tidak lagi dingin dan ketus Kalau saja tidak keburu wanita yang menjaga telepon datang ia sudah melumat Si Junior Lihat saja ia sudah separuh berlutut mengarah pada Junior Untung ada tissue yang tercecer sehingga ada alasan buat Wien. Ia mengambil tissue itu sambil mendengar kabar gembira dari wanita yang menunggu telepon Ia hanya menampakkan diri separuh badan.Mbak Wien aku mau makan dulu Jagain sebentar ya Ya itulah kabar gembira karena Wien lalu mengangguk. Setelah mengunci salon Wien kembali ke tempatku Hari itu memang masih pagi baru pukul 10 05 siang belum ada yang datang baru aku saja Aku menanti dengan debaran jantung yang membuncah-buncah.Wien datang Kami seperti tidak ingin membuang waktu, melepas pakaian masing-masing lalu memulai pergumulan. Wien menjilatiku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Aku menikmati kelincahan lidah wanita setengah baya yang tahu di mana titik titik yang harus dituju Aku terpejam menahan air mani yang sudah di ujung Bergantian Wien kini telentang. Pijit saya Mas katanya melenguh Kujilati payudaranya ia melenguh Lalu vaginanya basah sekali Ia membuncah ketika aku melumat klitorisnya Lalu mengangkang. Aku sudah tak tahan ayo dong ujarnya merajuk Saat kusorongkan Junior menuju vaginanya ia melenguh lagi. Ah Sudah tiga tahun benda ini tak kurasakan Sayang Aku hanya main dengan tangan Kadang kadang ketimun Jangan dimasukkan dulu Sayang aku belum siap Ya sekarang pintanya penuh manja. Tetapi mendadak bunyi telepon di ruang depan berdering Kring Aku mengurungkan niatku Kring Mbak Wien telepon kataku. Ia berjalan menuju ruang telepon di sebelah Aku mengikutinya Sambil menjawab telepon di kursi ia menunggingkan pantatnya Ya sekarang Sayang katanya. Halo katanya sedikit terengah Oh ya Ya nggak apa-apa katanya menjawab telepon. Siapa Mbak kataku sambil menancapkan Junior amblas seluruhnya Si Nina yang tadi Dia mau pulang dulu ngeliat orang tuanya sakit katanya sih begitu kata Wien. Setelah beberapa lama menyodoknya Terus dong Yang Auhh aku mau keluar ah Yang tolloong dia mendesah keras. Lalu ia bangkit dan pergi secepatnya Yang cepat-cepat berkemas Sebantar lagi Mbak Mona yang punya salon ini datang biasanya jam segini dia datang Aku langsung beres beres dan pulang. Cukup sampai disini dulu mungkin lain kali akan aku sambung lagitentang kisah seks yang lebih menerik lagi dari pada yang ini yaitu Cerita Sex Indonesia Dengan Mbak Wien.
Share this article :

Blog SEO Ini Di Kunjungi Sebanyak:

Label

Entri Populer

 
Support : Google | Alexa Rank | Yahoo
Proudly powered by Blogger
Copyright © 18 September 2011. Cerita Sex Indonesia|Kisah Mesum|Cerita Dewasa - All Rights Reserved
Template Editing By Metal Published by Cerita Sex Indonesia